Fungsi Rumah Kasepuhan
(Keraton Kasepuhan) dari Jawa Barat
METIF -Provinsi Jawa Barat yaitu salah satu Provinsi yang berada di sebelah barat pulau jawa, dan Jawa Barat yang diberibukota di Bandung ini mempunyai bermacam-macam kekayaan budaya daerah salah satunya yaitu Rumah Adat yang disebut Rumah Kasepuhan atau Keraton Kasepuhan.
Pada awalnya keraton kasepuhan ini didirikan oleh Pangeran Cakrabuana sekitar era 15, dan Pangeran Cakrabuana ini merupakan putra dari seorang raja dari Kerajaan Pajajran, raja tersebut berjulukan Prabu Siliwangi, dan keratin Kasepuhan ini merupakan pengembangan dari keraton Pakungwati yang terludang keringh dulu muncul sebelum Rumah Kesepuhan.
Berikut ini yaitu ciri-ciri dan Fungsi dari 3 bangunan luar dari Rumah Kasepuhan atau Keraton Kesepuhan provinsi Jawa Barat :
a. Komponen Pintu Gerbang Utama
Pada bab ini ada dua buah pintu gerbang dan masing masing pintu gerbang ini berada utama yang di sebut Kreteg Pangrawit (berupa jembatan) ini berada di sebelah utara gerbang ini merupakan gerbang pertama, dan satu lagi berada di selatan yang disebut Lawang Sanga atau pintu sembilan.
b. Komponen Bangunan Pancaratna
Bangunan Pancaratna ini berada di bab kiri atau di depan kompleks ke arah Barat, Bangunan Pancaratna mempunyai fungsi untuk tempat seba ketika menghadap tetua atau pembesar adat, atau desa yang diterima oleh Demang atau Wedana kerajaan.
c. Komponen Bangunan Pangrawit
Sedangkan pada komponen Bangunan Pancaniti atau Pangrawit (berarti Jalan, raja atau atasan) yang berada di sebelah kiri bab depan kompleks serta posisinya menghadap ke arah Utara ini berfungsi ungsinya sebagai tempat perwira melatih silat atau berperang para prajurit kerajaan, selain itu juga dijadikan sebagai tempat diberistirahat, da nada kalanya di jadikan sebagi temapt sidang atau memutuskan sebuah perkara.
Sedangkan pada kompleks keraton di bab dalam mempunyai ciri-ciri serta 3 fungsi masing-masing, diberikut klarifikasi dari fungsi 3 bab keratin kasepuhan Cirebon tersebut :
I. Fungsi Halaman Bagian Pertama
Berlajut ke halaman bab Pertama Rumah moral Jawa Barat, sesudah melewati bagian-bagian awal yang telah admin jelaskan tadi kini kita berlanjut ke sesi diberikutnya yaitu Kompleks Siti Inggil, dan untuk masuk pada area pertama ini kita biasanya melewati sebuah gapura yang disebut dengan nama Gapura Adi atau Gapura Banteng yang berposisi di bab utara Siti Inggil, adapun beberapa bangunan yang berada di ompleks Siti Inggil ini diantaranya yaitu ;
1. Fungsi Bangunan Mande Pendawa Lima
Pada jaman kerajaan dulu tempat ini ini berfungsi sebagai tempat istirahat atau tempat duduk bagi pengawal raja.
2. Fungsi Bangunan Mande Malang Semirang
Bangunan ini merupakan berfungsi sebagai tempat sang raja timadu ketika menyaksikan pergelaran kesenian atau acara-acara lainnya yang biasanya di adakan di sebuah alun-alun kerajaan.
3. Fungsi Bangunan Mande Semar Timandu
Bagian ini mempunyai fungsi sebagai tempat duduk bagi penghulu raja, penghulu raja ini yang bertugas sebagai pemasukan raja.
4. Fungsi Bangunan Mande Karesmen
Pada bangunan ini berfungsi sebagai tempat ditampilkannya aneka pergelaran kesenian khusus untuk di nikmati sang raja.
5. Fungsi Bangunan Mande Pengiring
Bangunan ini lampau difungsikan sebagai tempat mengiring sang raja menuju ke suatu tempat.
6. Fungsi Bangunan Bangunan Pengada
Dan fungsi bangunan yang ke enam ini yaitu untuk tempat pembagian berkat serta berfungsi sebagai tempat pemeriksaan, penggeledahan atau rajia sebelum menghadap sang raja.
II. Halaman kedua
Adapun pada halaman ini dibatasi dengan tembok yang dibentuk dari materi kerikil bata, dan dibagian pagar sebelah utara tampak dua buah bangunan gerbang, bangunan-bangunan tersebut berjulukan Regol Pengada yang berfungsi sebagai pintu masuk ruangan ke tiga, dan satu lagi Gapura Lonceng, gapura ini berada sempurna di di bab Timur bangunan Gerbang Pangada, diberikut klarifikasi dari fungsi kedua halaman tersebut ;
1. Fungsi Halaman Pengada
Pada pertama yaitu Halaman Pengada mempunyai fungsi sebagai tempat parker kendaraan, yang pada masa itu berupa kuda atau delman, dan pada halaman ini pula terdapat sebuah sumur yang airnya sanggup dipakai untuk minum para kuda yang di parker di tempat ini.
2. Fungsi Halaman kompleks Langgar Agung
Sedangkan pada halaman Langgar Agung ini terdapat yang posisinya menghadap ke timur Langgar ini difungsikan sebagai tempat diberibadah bagi para sanak saudara ataupun kerabat keratin, Langgar Agung ini sendiri juga dikompliti dengan Pos Bedug Somogiri, ciri-ciri dari bangunan ini yaitu didesain tanpa dinding serta atap berbentuk limas, pada bab epilog atap didukung atau dipenopang dengan 4 buah tiang utama serta 5 tiang lainnya berfungsi sebagai pendukung tiang utama.
III. Halaman Ketiga
Berikutnya yaitu halaman ketiga, halaman ke tiga ini merupakan kompleks bangunan inti Keraton Kasepuhan Provinsi Jawabarat, dan pada halaman ini sekurang-kurangnya terdapat 16 halaman dengan fungsinya masing-masing, dan diberikut klarifikasi arti filosofi dari 16 tempat tersebut ;
1. Halaman Taman Bunderan Dewandaru.
Taman Bunderan Dewandaru yang berdasarkan bahasa berarti bulat, dari sisi istilah berarti janji dari kata sepakat, selanjutnya yang kuasa biasa diartikan sebagai seseorang atau sang penguasa sedangkan ndaru itu artinya cahaya, jadi jikalau diartikan secara keseluruhan akan mempunyai arti atau arti “ seseorang yang menerangi kehidupan orang yang masih hidup dari kegelapan”.
2. Bangunan Museum Benda Kuno.
Pada Museum Benda Kuno dengan bentuk abjad E menghadap timur ini Terdapat 2 pintu yang berguna sebagai bangunan untuk memenuhi bangunan ini, dan di sini merupakan ruangan yang dipakai untuk menyimpan barang-barang kuno yang dianggap berharga.
3. Bangunan Museum Kereta.
Pada bangunan museum kereta yang menghadap ke barat dan teat di timur ini yaitu sebuah Taman Bunderan Dewandaru, di daerah inilah di simpan bermacam-macam kereta peninggalan kerajaan.
4. Bangunan Tunggu Manunggal
Bangunan Tunggu Manunggal ini yaitu berupa sebuah kerikil dengan bentuk fisik pendek dan kerikil tersebut dikelilingi oleh delapan buah pot bunga dimana Bangunan Tunggu Manunggal ini melambangkan bahwa Allah yang bersifat satu dzat.
5. Bangunan Lunjuk
Bangunan Lunjuk yaitu sebuah bangunan yang menghadap ke arah timur, Lunjuk ini merupakan sebuah tempat yang berfungsi sebagai tempat melayani para tamu, serta tempat raja mendapatkan dan mencatat segala aspirasi,keluhan, atau permasalahan yang akan disampaikan kepada sang raja.
6. Bangunan Sri Manganti
Bangunan Sri Manganti ini berposisi di sebelah timur tugu manunggal, bangunan ini dibentuk terbuka atau tanpa dinding, Bangunan Sri Manganti berfungsi sebagai tempat tunggu segala keputusan yang akan didiberikan oleh sang raja.
7. Bangunan Induk Keraton
Bangunan Induk Keraton yaitu sebuah bangunan yang di jadikan sebagai tempat menjalankan segala acara sultan, dan pada bangunan ini pula terdapat beberapa ruangan pendukung lainnya yang mempunyai fungsi serta kegunaan yang berbeda-beda, adapun ruangan tersebut diantaranya yaitu sebagai diberikut ;
8. Bangunan Kuncung dan Kutagara Wadasan
Bjaminan atau tempat ini dipakai sebagai tempat memarkirkan kendaraan yang dimiliki oleh sultan.
9. Bangunan Jinem Pangrawit
Bangunan Jinem Pangrawit merupakan bangunan keraton yang sekaligus berfungsi sebagai serambi keraton, bangunan yang juga disebut dengan nama kajineman ini juga mempunyai arti tempat tugas, sedangkan pangrawit berasal dari kata rawit yang berarti kecil atau halus, ruangan ini juga mempunyai fungsi sebagai tempat sang sultan menyambut tamunya.
10. Bangunan Ruangan Gajah Nguling
Bangunan Ruangan Gajah Nguling ini mempunyai ciri-ciri fisik sebuah bangunan yang tidak dikompliti dengan dinding, pada bangunan ini terdapat enam buah tiang berbentuk bulat, dan desain ruangan ini seolah-olah dengan sebuntut gajah yang terguling serta posisi belalai yang bengkok, berdasarkan sejarah bangunan ini di berdiri oleh sultan sepuh ke Sembilan, yang mana pembangunannya pada sekitar era 18 silam.
11. Bangunan Bangsal Pringgandani
Bangunan atau ruangan ini berada di sebelah selatan bangunan gajah ngguling, dan bangunan ini mempunyai fungsi sebagai tempat menghadap para Bupati Cirebon, Majalengka, Indramayu dan Kuningan, da nada kalanya juga dipakai sebagai tempat melaksanakan sidang bagi warga keraton.
12. Bangunan Bangsal Prabayasa
Bangunan Bangsal Prabayasa ini berada di sebelah selatan bangunan bangsal pringgadari, Bangsal Prabayasa (Prabayasa) yaitu berasal dari kata praba yang artinya sayap serta yang mempunyai arti besar, secara keseluruhan mengandung arti atau arti bahwa seorang Sultan akan melindungi rakyatnya dengan kedua belah tangannya yang besar (memiliki kuasa).
Ciri fisik ruangan ini mempunyai dinding ruangan yang berhiaskan hiasan atau relief Kembang Kanigaran yang juga menjadi lambang kenegaraan, adapun maksudnya yaitu bahwa seorang sultan juga harus mempunyai jiwa welas asih (penuh menyayangi) terhadap tiruana rakyatnya.
13. Bangunan Bangsal Agung Panembahan
Bangsal Agung Panembahan yaitu bangunan yang berada disebelah selatan, dan mempunyai ciri fisik mempunyai ketinggian yang ludang keringh tinggi satu meter dari bangunan bangsal Prabayaksa, adapun fungsi dari Bangsal Agung Panembahan ini yaitu sebagai tempat atau singgasana sang Gusti Penembahan, dan hingga kini bangunan ini tetap orisinil dari semenjak dibangun pada era 15 silam.
14. Bangunan Pungkuran
Bangunan Pungkuran adalah sebuah bangunan yang berada sempurna di bab belakang keraton, dan biasanya di jadikan sebagai tempat meletakkan sajian hidangan pada ketika merayakan hari besar Islam Maulid Nabi.
15. Bangunan Dapur Maulud
Bangunan Dapur Maulud posisinya berada sempurna di depan Kaputren dengan posisi menghadap kearah Timur, adapun fungsi dari Bangunan Dapur Maulud ini yaitu sebagai tempat proses berlangsungnya pengolahan masakan atau memasak untuk persiapan program Maulid Nabi Muhammad SAW. yang akan di selenggarakan di keraton kesepuhan ini.
16. Bangunan Pamburatan
Bangunan yang terakhir yaitu Bangunan Pamburatan, bangunan ini berada di sebelah selatan Kaputren, arti dari kata Pamburatan adalah menggurat atau sanggup juga berarti mengerik.
Bangunan Pamburatan mempunyai fungsi untuk mengerik kayu-kayu busuk atau kayu yang secara umum di gunakan untuk boreh yang dijadikan sebagai perkomplitan program selamatan ketika merayakan Maulud Nabi SAW di Keraton Kasepuhan ini.
Nah itulah beberapa wacana rumah moral dari Provinsi Jawa Barat yang telah admin himpun pada artikel kali ini, semoga mempunyai kegunaan bagi kita tiruana, dan salam METIF-Media edukatif.
Advertisement